♥Jumat, 03 Januari 2014
Cerpen
SEPERTI 2 TAHUN LALU
Nara
sibuk melihat bintang di langit. Sesekali ia memandangi ponselnya yang berada di kasur dengan
gelisah. Berharap agar sahabatnya tersayang menghubungi.
Hari
ini tepat 2 tahun retaknya persahabatan antara Nara dan Rara. Dulu hubungan
antara keduanya sangat dekat bahkan orang yang tak mengenal mereka menganggap
bahwa mereka berdua adalah sepasang adik dan kakak. Kini hubungan itu berubah
seiring berjalannya waktu dikarenakan sebuah kesalahpahaman.
“Huh...aku
kira Rara akan meneleponku saat ini..padahal aku ingin sekali mendengar
suarnya..” ungkap Nara disela-sela kegiatannya memandangi bintang.
“Ternyata
dimusuhi sahabat sendiri itu rasanya sangat menyakitkan. “
Dipandangi
setiap bintang malam itu oleh Nara dengan perasaan sedih. Akhirnya setelah
lelah memandangi bintang malam itu, Nara memutuskan untuk beristirahat.
Keesokan
harinya..
“
Pagi Ma, Pa..” sapa Nara dengan wajah lesu
“
Pagi sayang..wajah kamu kenapa pagi-pagi sekali sudah lesu seperti itu?”
“Tidak
apa-apa, Ma..”
Mereka
pun kembali diam menikmati sarapan pagi yang telah tersaji hingga Nara
berpamitan untuk bergegas menuju ke sekolah.
Sesampainya
di kelas...
“
Hai Ra..” sapa Nara saat sampai di kelasnya dan Rara
Namun
yang disapa tampak memalingkan wajahnya, enggan untuk menatap orang yang telah
menyapanya tersebut. Begitulah hubungan mereka berdua sejak peristiwa
kesalahpahaman itu terjadi.
“Huh..
sampai kapan hal ini akan berlangsung.” Pikir Naya
Tanpa
terasa bel masuk pun berbunyi dan mengharuskan Nara untuk kembali ke tempat
duduknya. Selama jam Pelajaran berlangsung tampak Nara tidak sedikitpun fokus
pada apa yang diajarkan. Ia terlihat sibuk memikirkan hubungan persahabatannya
dengan Rara. Hingga tak terasa bel istirahat pun berbunyi.
“Hai
Ra...kita pergi ke kantin bersama yuk..” ajak Nara pada sahabatnya.
Namun
Rara segera berdiri dan pergi meninggalkan Nara seorang diri menyebabkan Nara
sempat menitikkan air mata. Akhirnya Nara memutuskan untuk menuju ke taman
belakang sekolah guna menenangkan hatinya. Disana
Nara menangis mengingat kisah persahabatnnya yang rusak dengan terus meratapi
kesalahannya tanpa menyadari bahwa ada seseorang yang kini melihatnya dengan
tatapan iba.
2 Tahun yang lalu...
“Hai
Nay, gimana kabar kamu selama liburan? Aku dengar kamu pergi berkeliling kota
Paris ya?” tanya Rara saat Naya sahabatnya itu baru sampai di kelas.
“Baik
kok. Aku memang pergi keliling Paris selama liburan dan tentunya aku sudah
membawakan oleh-oleh untuk sahabatku tersayang ini. “ ungkap Naya dengan suara
khas miliknya.
“Wah
ternyata sahabatku ini perhatian sekali ya,hehe...”
“Tentu...Naya...”
ungkapnya dengan perasaan bangga
Tanpa
terasa saat itu bel masuk berbunyi mengharuskan kedua sahabat itu untuk
berhenti berbicara dan bersiap untuk fokus pada pelajaran.
Pukul
09.30 Bel istirahat berbunyi..
Tepat
saat bel berbunyi Nara dan Rara segera bergegas menuju ke perpustakaan untuk m
encari bahan yang akan digunakan dalam tugas makalah mereka. Namun saat sedang
memilih buku yang akan mereka gunakan, tiba-tiba Rara pamit sebentar untuk
pergi ke Toilet. Setelah
beberapa menit mereka pergi ke perpustakaan akhirnya mereka menuju ke kelas
untuk mengambil dompet masing-masing kemudian segera menuju ke kantin. Namun
tiba-tiba...
“Kemana
ya dompetku..kenapa tidak ada di tas..” seru Nara memeriksa seluruh isi tas
miliknya.
“Memangnya
kamu letakkan dimana dompetmu itu, Nar?” tanya Rara tak kalah panik
“Tadi
aku letakkan di sini, Ra...tapi kenapa sekarang tidak ada..”
“Coba
kamu periksa dengan teliti..siapa tahu terselip di suatu tempat..”
“Tidak
ada, Ra..aku sudah cari berulang-ulang tapi tetap tidak ada..”
Disaat
situasi tersebut, datang seorang teman sekelas mereka yang memang tidak
menyukai persahabatan mereka memprovokasi Nara untuk mencari dompetnya pada tas
Rara.
“Nara,
kenapa kamu tidak mencoba cari dompetmu saja di tas sahabatmu ini..siapa tahu
saja dia yang mengambilnya” seru Hana memprovokasi
Awalnya
Nara enggan untuk menanggapi perkataan Hana, namun setelah lama berfikir
akhirnya dengan berat hati Nara melakukannya.
Tanpa
disangka ternyata benar dompet milik Nara berada di dalam tas Rara. Hal ini
jelas membuat Nara bingung dan juga tidak menyangka bahwa sahabatnya tega
melakukan hal tersebut. Kemudian tanpa mendengarkan penjelasan sahabatnya, Nara
berlalu pergi ke taman belakang sekolah dengan mata yang berair tanpa
menghiraukan suara Rara yang terus memanggilnya.
Setelah
kepergian Nara, teman sekelas mereka Hana terus saja mengucilkan Rara.
“Sahabat
macam apa yang tega mengambil barang milik sahabatnya sendiri..” seru Hana
“Aku
tidak mengambil dompet Nara.. sungguh..”bela Rara
“Mana
ada pencuri yang mau mengaku dirinya pencuri. Sudahlah mengaku saja bahwa
kamulah yang mengambil dompet Nara karena kamu iri dengannya yang memiliki
segala yang kamu inginkan.” Desak Hana pada Rara
Mendengar
perkataan Hana tersebut membuat hati Rara sakit dan memilih pergi meninggalkan
kelas dengan air mata yang terus berderai.
Selama
beberapa hari setelah kejadian tersebut, Nara Perlahan-lahan mulai menjauhi
Rara dan mengejeknya. Melihat hal tersebut Rara merasa sedih dan sakit karena
sahabat yang selama ini disayangnya tidak percaya padanya. Akhirnya Rara
bertekad untuk tidak berbicara maupun mendekati Nara lagi.
Beberapa
hari kemudian terungkaplah bahwa yang meletakkan dompet Nara ke dalam tas Rara
adalah Hana. Hal ini membuat Nara merasa bersalah pada Rara sahabatnya. Namun
Rara sudah tidak mau lagi berbicara ataupun bertemu dengan Nara hingga saat
ini.
Kilasan-kilasan
masa lalu itu membuat derai air mata semakin mengalir deras di pipi Nara diikuti
dengan perkataan Nara yang membuat Rara turut merasa sedih.
“Kenapa
kamu menjauhi aku, Ra..Aku tahu aku sudah salah menilai kamu waktu itu dan aku
juga telah menyakiti hati kamu dengan perkataanku..Tapi aku sangat berharap
kamu ada disini untuk memaafkan aku..”
“Aku
memang bodoh waktu itu karena percaya dengan perkataan Hana. Tapi sebenarnya
aku tidak bermaksud begitu..” Seru Nara
Ditempat
lain terlihat Rara yang turut mengeluarkan air mata mendengar perkataan
sahabatnya. Dan dia pun bertekad untuk menemui Nara saat itu juga untuk meminta
maaf dan juga memeluk sahabatnya.
“Nara,
maafkan aku ya..”
“Rara..kenapa
kamu ada di sini dan kenapa kamu tiba-tiba minta maaf dan menangis seperti
itu..?” seru Nara masih dengan air mata yang mengalir
“Aku
sudah mendengar semuanya Nar..”
“Aku
mohon kamu mau memaafkan aku..”lanjut Rara
“ini
semua bukan salah kamu, Ra..ini salah aku yang tidak bisa percaya dengan
sahabatku sendiri dan lebih memilih mendengarkan perkataan orang lain..”
“Aku
minta maaf ya, Ra.. atas semua kesalahanku selama ini ke kamu..” lanjut Nara
“Iya..aku
maafkan kesalahan kamu dan kamu juga harus memaafkan kesalahan aku ya..” seru
Rara diselingi senyum bahagia
“Baik,
aku juga sudah memaafkan kamu dari dulu..Jadi sekarang kamu mau menjadi
sahabatku lagi kan seperti 2 tahun lalu?” seru Nara dengan wajah memohonnya.
“Tentu
Nara..aku akan selalu menjadi sahabat kamu selamanya baik suka maupun duka..”
Hari
ini dan seterusnya Nara berjanji untuk selalu percaya pada sahabatnya itu dan
tidak akan mengulangi kesalahannya di masa lalu.
written at♥10.33