♥Selasa, 27 November 2012
PENYEBAB KOPERASI MATI DAN TIDAK BERKEMBANG SERTA SOLUSINYA
TUGAS
EKONOMI KOPERASI
“
PENYEBAB KOPERASI MATI DAN TIDAK BERKEMBANG SERTA SOLUSINYA”
DISUSUN OLEH :
NAMA
: WIDIANDINI ADIENA
NPM
: 27211382
KELAS
: 2EB18
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Mengapa
koperasi tidak berkembang?
I.
PENYEBAB
KOPERASI TIDAK BERKEMBANG
Saat ini masalah yang
masih di hadapi koperasi dan bisa menghambat perkembangan koperasi di Indonesia
menjadi problematika. Pengelolaan koperasi yang kurang efektif, baik dari segi
manajemen maupun keuangan menjadi salah satu kendala berkembangnya koperasi.
Berikut adalah beberapa kendala pokok yang dihadapi oleh koperasi di Indonesia :
• Kurang berkembangnya koperasi juga berkaitan sekali dengan kondisi modal keuangan badan usaha tersebut. Kendala modal itu bisa jadi karena kurang adanya dukungan modal yang kuat dan dalam atau bahkan sebaliknya terlalu tergantungnya modal dan sumber koperasi itu sendiri. Jadi untuk keluar dari masalah tersebut harus dilakukan melalui terobosan structural, maksudnya dilakukannya restrukturasi dalam penguasaan factor produksi.
• Banyak anggota, pengurus maupun pengelola koperasi kurang bisa mendukung jalannya koperasi. Dengan kondisi seperti ini maka koperasi berjalan dengan tidak profesional dalam artian tidak dijalankan sesuai dengan kaidah sebagimana usaha lainnya.
• Manajemen koperasi harus diarahkan pada orientasi strategik dan gerakan koperasi harus memiliki manusia-manusia yang mampu menghimpun dan memobilisasikan berbagai sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang usaha. Oleh karena itu koperasi harus teliti dalam memilih pengurus maupun pengelola agar badan usaha yang didirikan akan berkembang dengan baik.
Ketidak profesionalan manajemen koperasi banyak terjadi di koperasi - koperasi yang anggota dan pengurusnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah. contohnya banyak terjadi pada KUD yang nota bene di daerah terpencil. Banyak sekali KUD yang bangkrut karena manajemenya kurang profesional baik itu dalam sistem kelola usahanya, dari segi sumberdaya manusianya maupun finansialnya. Banyak terjadi KUD yang hanya menjadi tempat bagi pengurusnya yang korupsi akan dana bantuan dari pemerintah yang banyak mengucur.
Selain itu terdapat beberapa hal yang menyebabkan sulitnya perkembangan koperasi di Indonesia antara lain :
1. Image koperasi sebagai ekonomi kelas dua masih tertanam dalam benak orang – orang Indonesia sehingga, menjadi sedikit penghambat dalam pengembangan koperasi menjadi unit ekonomi yang lebih besar ,maju dan punya daya saing dengan perusahaan – perusahaan besar.
2. Perkembangan koperasi di Indonesia yang dimulai dari atas (bottom up) tetapi dari atas (top down),artinya koperasi berkembang di indonesia bukan dari kesadaran masyarakat, tetapi muncul dari dukungan pemerintah yang disosialisasikan ke bawah. Berbeda dengan yang di luar negeri, koperasi terbentuk karena adanya kesadaran masyarakat untuk saling membantu memenuhi kebutuhan dan mensejahterakan yang merupakan tujuan koperasi itu sendiri, sehingga pemerintah tinggal menjadi pendukung dan pelindung saja. Di Indonesia, pemerintah bekerja double selain mendukung juga harus mensosialisasikanya dulu ke bawah sehingga rakyat menjadi mengerti akan manfaat dan tujuan dari koperasi.
3. Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini disebabkan sosialisasi yang belum optimal. Masyarakat yang menjadi anggota hanya sebatas tahu koperasi itu hanya untuk melayani konsumen seperti biasa, baik untuk barang konsumsi atau pinjaman. Artinya masyarakat belum tahu esensi dari koperasi itu sendiri, baik dari sistem permodalan maupun sistem kepemilikanya. Mereka belum tahu betul bahwa dalam koperasi konsumen juga berarti pemilik, dan mereka berhak berpartisipasi menyumbang saran demi kemajuan koperasi miliknya serta berhak mengawasi kinerja pengurus. Keadaan seperti ini tentu sangat rentan terhadap penyelewengan dana oleh pengurus, karena tanpa partisipasi anggota tidak ada kontrol dari anggota nya sendiri terhadap pengurus.
4. Manajemen koperasi yang belum profesional, ini banyak terjadi di koperasi koperasi yang anggota dan pengurusnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
5. Pemerintah terlalu memanjakan koperasi, ini juga menjadi alasan kuat mengapa koperasi Indonesia tidak maju maju. Koperasi banyak dibantu pemerintah lewat dana dana segar tanpa ada pengawasan terhadap bantuan tersebut. Sifat bantuanya pun tidak wajib dikembalikan. Tentu saja ini menjadi bantuan yang tidak mendidik, koperasi menjadi ”manja” dan tidak mandiri hanya menunggu bantuan selanjutnya dari pemerintah. Selain merugikan pemerintah bantuan seperti ini pula akan menjadikan koperasi tidak bisa bersaing karena terus terusan menjadi benalu negara. Seharusnya pemerintah mengucurkan bantuan dengan sistem pengawasan nya yang baik, walaupun dananya bentuknya hibah yang tidak perlu dikembalikan. Dengan demikian akan membantu koperasi menjadi lebih profesional, mandiri dan mampu bersaing.
6. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebutuhannya untuk memperbaiki diri, meningkatkan kesejahteraanya, atau mengembangkan diri secara mandiri. Padahal Kesadaran ini adalah pondasi utama bagi pendirian koperasi sebagai motivasi.
7. Kurangnya pengembangan kerjasama antar usaha koperasi.
Itulah penyebab-penyebab kenapa perkembangan koperasi di Indonesia belum maksimal. Tetapi analisis masalah tadi bukan lah yang utama, justru yang utama jika ingin koperasi maju adalah sebagai generasi penerus bangsa di masa depan tentunya kita harus berperan aktif dalam pengembangan koperasi di negeri ini. Salah satunya melalui keikutsertaan dalam koperasi, mempelajari dan mengetahui tentang perkoperasian secara lebih mendalam.
Berikut adalah beberapa kendala pokok yang dihadapi oleh koperasi di Indonesia :
• Kurang berkembangnya koperasi juga berkaitan sekali dengan kondisi modal keuangan badan usaha tersebut. Kendala modal itu bisa jadi karena kurang adanya dukungan modal yang kuat dan dalam atau bahkan sebaliknya terlalu tergantungnya modal dan sumber koperasi itu sendiri. Jadi untuk keluar dari masalah tersebut harus dilakukan melalui terobosan structural, maksudnya dilakukannya restrukturasi dalam penguasaan factor produksi.
• Banyak anggota, pengurus maupun pengelola koperasi kurang bisa mendukung jalannya koperasi. Dengan kondisi seperti ini maka koperasi berjalan dengan tidak profesional dalam artian tidak dijalankan sesuai dengan kaidah sebagimana usaha lainnya.
• Manajemen koperasi harus diarahkan pada orientasi strategik dan gerakan koperasi harus memiliki manusia-manusia yang mampu menghimpun dan memobilisasikan berbagai sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang usaha. Oleh karena itu koperasi harus teliti dalam memilih pengurus maupun pengelola agar badan usaha yang didirikan akan berkembang dengan baik.
Ketidak profesionalan manajemen koperasi banyak terjadi di koperasi - koperasi yang anggota dan pengurusnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah. contohnya banyak terjadi pada KUD yang nota bene di daerah terpencil. Banyak sekali KUD yang bangkrut karena manajemenya kurang profesional baik itu dalam sistem kelola usahanya, dari segi sumberdaya manusianya maupun finansialnya. Banyak terjadi KUD yang hanya menjadi tempat bagi pengurusnya yang korupsi akan dana bantuan dari pemerintah yang banyak mengucur.
Selain itu terdapat beberapa hal yang menyebabkan sulitnya perkembangan koperasi di Indonesia antara lain :
1. Image koperasi sebagai ekonomi kelas dua masih tertanam dalam benak orang – orang Indonesia sehingga, menjadi sedikit penghambat dalam pengembangan koperasi menjadi unit ekonomi yang lebih besar ,maju dan punya daya saing dengan perusahaan – perusahaan besar.
2. Perkembangan koperasi di Indonesia yang dimulai dari atas (bottom up) tetapi dari atas (top down),artinya koperasi berkembang di indonesia bukan dari kesadaran masyarakat, tetapi muncul dari dukungan pemerintah yang disosialisasikan ke bawah. Berbeda dengan yang di luar negeri, koperasi terbentuk karena adanya kesadaran masyarakat untuk saling membantu memenuhi kebutuhan dan mensejahterakan yang merupakan tujuan koperasi itu sendiri, sehingga pemerintah tinggal menjadi pendukung dan pelindung saja. Di Indonesia, pemerintah bekerja double selain mendukung juga harus mensosialisasikanya dulu ke bawah sehingga rakyat menjadi mengerti akan manfaat dan tujuan dari koperasi.
3. Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini disebabkan sosialisasi yang belum optimal. Masyarakat yang menjadi anggota hanya sebatas tahu koperasi itu hanya untuk melayani konsumen seperti biasa, baik untuk barang konsumsi atau pinjaman. Artinya masyarakat belum tahu esensi dari koperasi itu sendiri, baik dari sistem permodalan maupun sistem kepemilikanya. Mereka belum tahu betul bahwa dalam koperasi konsumen juga berarti pemilik, dan mereka berhak berpartisipasi menyumbang saran demi kemajuan koperasi miliknya serta berhak mengawasi kinerja pengurus. Keadaan seperti ini tentu sangat rentan terhadap penyelewengan dana oleh pengurus, karena tanpa partisipasi anggota tidak ada kontrol dari anggota nya sendiri terhadap pengurus.
4. Manajemen koperasi yang belum profesional, ini banyak terjadi di koperasi koperasi yang anggota dan pengurusnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
5. Pemerintah terlalu memanjakan koperasi, ini juga menjadi alasan kuat mengapa koperasi Indonesia tidak maju maju. Koperasi banyak dibantu pemerintah lewat dana dana segar tanpa ada pengawasan terhadap bantuan tersebut. Sifat bantuanya pun tidak wajib dikembalikan. Tentu saja ini menjadi bantuan yang tidak mendidik, koperasi menjadi ”manja” dan tidak mandiri hanya menunggu bantuan selanjutnya dari pemerintah. Selain merugikan pemerintah bantuan seperti ini pula akan menjadikan koperasi tidak bisa bersaing karena terus terusan menjadi benalu negara. Seharusnya pemerintah mengucurkan bantuan dengan sistem pengawasan nya yang baik, walaupun dananya bentuknya hibah yang tidak perlu dikembalikan. Dengan demikian akan membantu koperasi menjadi lebih profesional, mandiri dan mampu bersaing.
6. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebutuhannya untuk memperbaiki diri, meningkatkan kesejahteraanya, atau mengembangkan diri secara mandiri. Padahal Kesadaran ini adalah pondasi utama bagi pendirian koperasi sebagai motivasi.
7. Kurangnya pengembangan kerjasama antar usaha koperasi.
Itulah penyebab-penyebab kenapa perkembangan koperasi di Indonesia belum maksimal. Tetapi analisis masalah tadi bukan lah yang utama, justru yang utama jika ingin koperasi maju adalah sebagai generasi penerus bangsa di masa depan tentunya kita harus berperan aktif dalam pengembangan koperasi di negeri ini. Salah satunya melalui keikutsertaan dalam koperasi, mempelajari dan mengetahui tentang perkoperasian secara lebih mendalam.
A. DARI SISI KELEMBAGAAN KOPERASI
§ Masalah
Internal :
1. Keanggotaan
dalam Koperasi.
Keadaan
keanggotaan ditinjau dari segi kuantitas tercermin dari jumlah anggota yang
semakin lama semakin berkurang. Masalahnya kenggotaan koperasi yang ada
sekarang belum menjangkau bagian terbesar dari masyarakat. Ditinjau dari segi
kualitas masalah keaggotaan koperasi tercermin dalam :
a. Tingkat
pendidikan mereka yang pada umumnya masih rendah
b. Ketrampilan
dan keahlian yang dimiliki oleh para anggota terbatas
c. Sebagian
dari anggota belum menyadari hak dan kewajiban mereka sebagai anggota.
Kebanyakan anggota koperasi belum menyadari bahwa koperasi merupakan suatu
wadah usaha yang dimaksudkan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dan
kesejahteraan mereka. Sebaiknya dalam kelompok tersebut harus ada tokoh yang
berfungsi sebagai sebagai penggerak organisatoris untuk menggerakkan koperasi
kearah sasaran yang benar.
d. Partisipasi
mereka dalam kegiatan organisasi juga masih harus ditingkatkan. Apabila suatu
koperasi mengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) banyak anggotanya yang tidak
hadir. Akibatnya keputusan-keputusan yang dihasilkan tidak mereka rasakan sebagai
keputusan yang mengikat.
e. Banyaknya
anggota yang tidak mau bekerjasama dan mereka juga memiliki banyak utang kepada
koperasi, hal ini menyebabkan modal yang ada dikoperasi semakin berkurang.
2. Pengurus
Koperasi
Dalam
hal kepengurusan juga dihadapi
kelemahan-kelemahan yang sama. masalah yang menjadi penghambat berkembangnya
koperasi dari sisi pengurus adalah :
a. Pengetahuan
, ketrampilan, dan kemampuan anggota pengurusnya masih belum memadai
b. Pengurus
belum mampu melaksanakan tugas mereka dengan semestinya.
c. Pengurus
kurang berdedikasi terhadap kelangsungan hidup koperasi. Ini berarti bahwa
kepribadian dan mental pengurus, pengawas, manajer belum berjiwa koperasi
sehingga harus diperbaiki lagi.
d. Pengurus
kadang-kadang tidak jujur
e. Masih
ada koperasi yang anggota pengurusnya kurang berusaha untuk menigkatkan
pengetahuan dan ketrampilannya. Kursus-kursus yang diselenggarakan untuk
pengurus koperasi sering tidak mereka hadiri.
f. Dalam
kepengurusan koperasi sampai saat ini
masih belum ada pembagian tugas yang jelas.
g. Pengurus
koperasi kebanyakan yang sudah lanjut usia dan para tokoh masyarakat yang sudah
memiliki jabatan ditempat lain, sehingga perhatiannya terhadap koperasi
berkurang.
h. Pegurus
masih belum mampu berkoordinasi dengan anggota, manajer, pengawas, dan instansi
pemerintah dengan baik.
3. Pengawas
Koperasi
Anggota
dari badan pengawas koperasi banyak yang belum berfungsi. Hal ini di disebabkan
oleh :
a. Kemampuan
anggoota pengawas yang belum memadai, terlebih jika dibandingkan dengan semakin
meningkatnya usaha koperasi
b. Di
pihak lain, pembukuan koperasi biasanya belum lengkap dan tidak siap untuk
diperiksa.
c. Pemeriksaan
yang dilakukan oleh petugas koperasi sekunder dan kantor koperasi juga belum
banyak membantu perkembangan kemampuan anggota pengawas ataupun peningkatan
pembukuan koperasi.Pemeriksaan yang mereka lakukan terutama mengarah pada
kepentingan permohonan kredit.
§ Masalah Eksternal
a. Iklim
yang mendukung pertumbuhan koperasi belum selaras dengan kehendak anggota
koperasi, seperti kebijakan pemerintah yang belem jelas dan efektif untuk
koperasi, sistem prasarana, pelayanan, pendidikan, dan penyuluhan.
b. Banyaknya
badan usaha lain yang bergerak pada bidang usaha yang sama dengan koperasi.
c.
Kurangnya fasilitas-fasilitas yang
dapat menarik perhatian masyarakat dan masih banyaknya masyarakat yang tidak
mempercayai koperasi.
B.
DARI SISI BIDANG USAHA KOPERASI
Masalah
usaha koperasi dapat digambarkan sebagai berikut. Ada koperasi yang manajer dan
karyawannya belum memenuhi harapan. Di antara mereka ada yang belum dapat
bekerja secara profesional, sesuai dengan peranan dan tugas operasi yang telah
ditetapkan. Masih ada administrasi koperasi yang belum menggunakan
prinsip-prinsip pembukuan dengan baik. Sistem informasi majemen koperasi mesih
belum berkembang sehingga pengambilan keputusan belum didukung dengan informasi
yang cukup lengkap dan dapat diandalkan.
Di
samping itu masih ada manajer yang kurang mempunyai kemampuan sebagai
wirausaha. Di antara mereka bahkan masih ada yang kurang mampu untuk menyusun
rencana, program, dan kegiatan usaha. Padahal mereka harus memimpin dan
menggerakkan karyawan untuk melaksanakan rencana, program, dan kegiatan usaha
yang ditentukan. Penilaian terhadap keadaan serta mengadakan penyesuaian
rencana, program, dan kegiatan usaha setiap kali ada perkembangan dalam keadaan
yang dihadapainya.
Dari
sisi produksi, koperasi sering mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku.
Salah satu bahan baku pokok yang sulit diperoleh adalah modal. Dalam hal
kualitas, output koperasi tidak distandardisasikan, sehingga secara relatif
kalah dengan output industri besar. dalam banyak kasus, output koperasi (dan
UKM) tidak memiliki keunggulan komparatif sehingga sulit untuk dipasarkan.
Secara umum koperasi harus menghadapi
kelemahannya sebagai berikut :
a.
Pembinaan hubungan antara alat
perlengkapan koperasi, khususnya antara pengurus dan manajer, yang masih perlu
ditingkatkan. Hal ini antara lain mengingat perlunya koordinasi yang mantab dan
pembagian tugas serta tanggung jawab yang jelas. Harus dihindarkan apabila ada
pengurus yang mengambil wewenang manajer melaksanakan tugas operasional.
b.
Kebijaksanaan
dan program kerja koperasi masih cenderung timbul sebagai prakarsa pemerintah.
Program-program yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan anggota masih ada yang
belum sepenuhnya dipadukan dengan program-program yang timbul dari prakarsa
pemerintah. Keputusan koperasi yang mandiri masih belum dapat berkembang.
c. Organisasi
tingkat sekunder, seperti Pusat Koperasi dan Induk koperasi, tampak belum
sepenuhnya dapat memberikan pelayanan kepada koperasi primer, khususnya
meningkatkan kemampuan dalam bidang organisasi, administrasi, dan manjemen.
d. Kerja
sama koperasi dan lembaga non-koperasi telah ada yang berlangsung atas landasan
saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Tetapi, apabila kurang hati-hati
dalam membinannya ada kerjasama yang cenderung mengarah pada hilangnya
kemandirian koperasi.
e. Kemampuan
pemupukan modal usaha yang bersumber dari anggota dan hasil usaha koperasi,
walaupun cukup memadai perkembangannya namun ternyata masih sangat terbatas.
f. Dalam
usaha memperoleh kredit dari bank, koperasi masih menghadapi kesulitan untuk
memenuhi persyaratanyang ditentukan. Demikianlah, maka pemupukan modal koperasi
walaupun cepat perkembangannya hasilnya masih terbatas juga.
g. Keterpaduan
gerak, pengertian, pembinaan, dan pengawasan terhadap gerakan koperasi dari
berbagai instansi masih perlu ditingkatkan.
h. Masalah
lain yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan koperasi pada tingkat
perkembangan seperti sekarang ini adalah masih kurangnya petugas pembina
koperasi, baik dalam jumlah maupun mutunya.
i.
Masalah permodalan, penguasaan
teknologi, akses informasi, permasalahan pemasaran, dan perlindungan hukum.
j.
Kurangnya dana sehingga
fasilitas-fasilitas yang sudah ada tidak dirawat, hal ini menyebabkan koperasi
tertinggal karena kemajan teknologi yang sangat cepat.
II.
KUNCI PEMBANGUNAN KOPERASI
Menurut Ace
Partadiredja dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, faktor-faktor yang
menghambat pertumbuhan koperasi Indonesia adalah rendahnya tingkat kecerdasan
masyarakat Indonesia.Menurut Baharuddin faktor penghambat dalam pembangunan
koperasi adalah kurangnya dedikasi pengurus terhadap kelangsungan hidup
koperasi. Ini berarti bahwa kepribadian dan mental pengurus, pengawas, dan
manajer belum berjiwa koperasi sehingga masih perlu diperbaiki lagi.
Prof. Wagiono Ismangil
berpendapat bahwa faktor penghambat kemajuan koperasi adalah kurangnya kerja
sama di bidang ekonomi dari masyarakat kota. Kerja sama di bidang sosial
(gotong royong) memang sudah kuat, tetapi kerja sama di bidang usaha dirasakan
masih lemah, padahal kerja sama di bidang ekonomi merupakan faktor yang sangat
menentukan kemajuan lembaga koperasi.
Ketiga masalah di atas
merupakan inti dari masalah manajemen koperasi dan merupakan kunci maju atau
tidaknya koperasi di Indonesia. Untuk meningkatkan kualitas koperasi, diperlukan
keterkaitan timbal balik antara manajemen profesional dan dukungan kepercayaan
dari anggota. Mengingat tantangan yang harus dihadapi koperasi pada waktu yang
akan datang semakin besar, maka koperasi perlu dikelola dengan menerapkan
manajemen yang profesional serta menetapkan kaidah efektivitas dan efisiensi.
Untuk keperluan ini, koperasi dan pembina koperasi perlu melakukan pembinaan
dan pendidikan yang lebih intensif untuk tugas-tugas operasional. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, apabila belum mempunyai tenaga profesional yang
tetap, dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan
yang terkait.
Dekan Fakultas
Administrasi Bisnis universitas Nebraska Gaay Schwediman, berpendapat bahwa
untuk kemajuan koperasi maka manajemen tradisional perlu diganti dengan
manajemen modern yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Semua
anggota diperlakukan secara adil,
b. Didukung
administrasi yang canggih,
c. Koperasi
yang kecil dan lemah dapat bergabung (merjer) agar menjadi koperasi yang lebih
kuat dan sehat,
d. Pembuatan
kebijakan dipusatkan pada sentra-sentra yang layak,
e. Petugas
pemasaran koperasi harus bersifat agresif dengan menjemput bola bukan hanya
menunggu pembeli,
f. Kebijakan
penerimaan pegawai didasarkan atas kebutuhan, yaitu yang terbaik untuk
kepentingan koperasi,
g. Manajer
selalu memperhatikan fungsi perencanaan dan masalah yang strategis,
h. Memprioritaskan
keuntungan tanpa mengabaikan pelayanan yang baik kepada anggota dan pelanggan
lainnya,
i.
Perhatian manajemen pada faktor
persaingan eksternal harus seimbang dengan masalah internal dan harus selalu
melakukan konsultasi dengan pengurus dan pengawas
j.
Keputusan usaha dibuat berdasarkan
keyakinan untuk memperhatikan kelangsungan organisasi dalam jangka panjang,
k. Selalu
memikirkan pembinaan dan promosi karyawan,
Pendidikan anggota
menjadi salah satu program yang rutin untuk dilaksanakan.
written at♥07.11